Surat dari Tiara
Dikutip dari Novel Ketika Cinta Bertasbih
Karya Habiburrahman El Shirazy
Assalamualaikum wa Rahmatullahi wa Barakatuh.
Doaku mengawali isi surat ini, semoga yang menulis
Kak Fadhl tercinta,
Surat ini adalah usaha penghabisanku untuk mewujudkan harapanku, dan untuk meyakinkan diriku bahwa cinta bias mengubah nasib seorang gadis
Kak Fadhil terinta
Aku harus berbuat apa Kak agar bisa hidup dengan oang yang aku damba? Dan orang itu adalah kakak. Perasaanku terhadap kakak sesungguhnya sangat jelas, sejelas matahari di siang hari, dan pernama raya di malam hari. Begitu ada yang datang melamarku aku minta pertimbangan kakak dengan harapan kakak menunjukan rasa cinta dan cemburu. Tapi yang aku dapatkan adalah sikap tinggi hati, kakak menyarankan agar aku terima saja lamaran itu. Mendengar saran kakak itu terus terang hatiku geram dan marah, maka seketika itu tanpa pikir panjang aku terima lamaran itu. Saat itu aku tidak berfikir bahwa sesungguhnya aku belum bisa menerimanya.
Kak Fadhil tercinta
Aku tahu kalau kaka juga mencintai saya. Aku bisa membacanya dari sikap kakak selama ini. Sejak kakak pertama kali bertemu dengan diriku. Dan saat itu aku menjadi murid kakak. Sampai saat aku menginjakan kaki di Mesir dan kakak termasuk tim yang menjemput diriku dan teman-temanku. Sampai ketika aku sudah tinggal di Mesir.
Selama ini tanpa bicara sepatah kata kakak sudah menunjukan dan mengisyaratkan rasa cinta kepadaku. Aku memang diam, karena seorang gadis memang sebainya diam dan menunggu. Aku menunggu keberanian kakak untuk meminangku. Sungguh, Kak, aku menunggu. Aku sempat berpikir, mungkin kakak akan menunggu sampai kakak selesai kuliah. Dan aku siap menunggu. Sampai lamaran itu datang. Aku beritahukan kepada kakak, dengan harapan kakak memberikan ketegasan. Memberikan harapan yang lebih bisa dipertanggungjawabkan.
Namun apa salahku Kak? Apa? Samapai kau begitu tega membabat semua harapanku. Apa salahku sampai kau begitu tega melukaiku? Dan juga melukai dirimu sendiri.
Kak Fadhil tercinta.,
Dengan
Aku sendiri akan sangat sakit, dan entah apakah aku nanti bisa menahannya, ketika mengetahui yang mengakad diriku benar-benar orang lain, bukan kakak. Yang berbahagia di pelaminan adalah orang lain dan bukan kakak. Sementara kakak hanya menjadi penghibur para tamu yang sedang menikmati hidangan.
Kak Fadhil tercinta,
Masih ada waktu. Ini memang sudah terlambat. Namun masih bisa diperbaiki selama akad nikah itu belum terjadi. Kak, dua hari lagi meraka akan datang. Hari berikutnya akad nikah. Dan hari berikutnya pesta walimah. Kalau kakak mau, aku akan katakan supaya mereka membatalkan semuanya. Biarlah kerugian di pihak calon pengantin lelaki nanti aku yang merampungkannya.
Jika kakak mau dan jika kakak berani. Sebab resiko selanjutnya adalah aku dan kakak yang akan menghadainya. Memang kita akan menantang badai. Tapi bukankah pencinta sejati selalu siap menantang badai. Aku yakin kakak adalah seorang pencinta sejati. Ya, kakak adalah seorang pencinta sejati yang gagah berani, yang siap mengarungi perjalanan panjang hidup dengan gagah berani pula: demi orang-orang yang dicintai.
Dan dengan menulis
Kak Fadhil tercinta,
Aku berharap kakak tidak lagi tinggi hati. Aku berharap kakak menyambut baik maksud
Kak Fadhil tercinta,
Aku tunggu jawabannya. Segera. Langsung jawab seketika
Wassalam,
Yang sungguh mencintaimu
Tiara Kemala putri